Postingan

Menampilkan postingan dari 2008

Sujiwo Tejo

Gambar
Mendongeng agar Anak Gemar Membaca Mendongeng ternyata bisa memacu anak gemar membaca. Apalagi jika materi dongengan disajikan dengan menarik dan interaktif, seperti mementaskannya dalam bentuk teater atau drama di panggung. Begitulah pendapat sejumlah pendongeng, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Ketua Kelompok Pecinta Bacaan Anak (KPBA) Murti Bunanta menuturkan, pada saat mendongeng, guru atau orangtua harus lebih dulu menunjukkan buku bacaan kepada anak. Bahkan, jika perlu, anak diminta membaca sebelum dibacakan ulang oleh orangtua atau guru. ”Dasar untuk mendongeng adalah buku. Jadi, bukunya ada dulu. Bukan sengaja membuat naskah untuk dipertunjukkan kepada anak. Tujuan KPBA mendorong anak agar gemar membaca, salah satu-nya dengan mendongeng,” papar Murti di sela-sela Seminar ”From Page to Stage” dalam Festival Men-dongeng Ke-6 di Bentara Budaya Jakarta pekan lalu. Sebaliknya, menurut Sachiko Watanabe, Supervisor Ohanashi Caravan (grup pendongeng asal Jepang), kelompokn

Slamet Gundono

Gambar
Menebar Dongeng Jakarta -- Ada keramaian yang hangat di ruang aula Bentara Budaya Jakarta . Tempat digelarnya beragam acara kesenian yang terletak di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta , itu tampak dipenuhi ratusan anak-anak pada Minggu (24/7) siang. Bukan, tempat itu bukan menjelma menjadi sekolah taman kanak-kanak. Namun, saat itu tengah digelar acara kesenian yang memang diperuntukkan bagi bocah-bocah lucu tersebut. Mata mereka tampak membulat saat terdengar suara musik cokekan dari teras aula. Mereka langsung menoleh. Dari pintu masuk, muncul serombongan anak-anak membawa kentongan masuk berbarengan dengan Slamet Gundono. Dalang wayang suket yang bertubuh tambun ini menggiring anak-anak ke depan panggung. Sampai di atas panggung, Gundono tidak berperan sebagai seorang pendongeng satu arah. Dia malah mengajak anak-anak pendengarnya untuk berinteraksi bersama. Puluhan anak yang ada di depan diajak naik ke atas panggung dan bernyanyi menirukannya. Lantas mulailah pertunjukan wayang suk

Sekali lagi, Apa Perlunya Mendongeng untuk Anak? (SUPLEMEN)

Gambar
Sekali lagi, Apa Perlunya Mendongeng untuk Anak? Sudah sering disebut, kegiatan budaya mendongeng di lingkungan keluarga kini nyaris punah. Kondisi ini akibat desakan kebudayaan modern dengan hadirnya media televisi di rumah-rumah. Anak-anak akhirnya terlempar jauh karena tayangan dongeng modern itu tidak sesuai dengan akar budaya si anak. Sebagian besar dongeng yang berupa film-film kartun itu merupakan film impor yang datangnya dari Amerika, Jepang dan negara lainnya. Benarkah surutnya tradisi mendongeng di lingkungan keluarga banyak disebabkan kurang perhatiannya para orangtua lagi paada anak-anaknya? Sebenarnya, apa perlunya mendongeng untuk anak? NEGARA Jepang sangat terkenal memproduksi film kartun dan film animasi, akan tetapi masyarakat di

Ismadi Retty

Gambar
Pendongeng Nasional Ismadi Retty Tularkan Tips kepada Guru PG Jangan Malu dan Canggung Goyang Pinggul Mendongeng itu mudah. Hal ini disampaikan pendongeng nasional Ismadi Retty alias Pak Kumis di hadapan 104 guru play grup (PG) se-Kabupaten Tuban saat pelatihan mendongeng. DWI SETIYAWAN, Tuban --- SETIAP wanita memiliki potensi besar mendongeng. Setidaknya, itulah yang disampaikan Madi, panggilan akrab Ismadi Retty, untuk menggambarkan begitu mudahnya mendongeng. Sebagian wanita, terutama ibu-ibu, kata dia, senang rasan-rasan. Saat rasan-rasan itulah sebenarnya mereka telah mendongeng. Ekspresinya kurang lebih seperti itu. "Tetangga sebelah itu lho, kok gitu ya Jeng.... Aku saja nggak disapa," tutur Madi memerankan seorang wanita yang rasan-rasan. Seluruh peserta yang memenuhi aula UPTD SKB Dinas Pendidikan Tuban pun dibuat terpingkal-pingkal oleh aksi kocak pria yang punya nama populer Pak Kumis tersebut. Madi menyatakan, mendongeng tidak hanya bertujuan menghibur. Namun, da

Pak Kumis (Sujarwo)

Boneka Aini Hibur Anak Panti PASURUAN - Sebanyak 115 anak yatim piatu dari panti asuhan se-Pasuruan kemarin dibuat terkesima dengan dongeng yang diceritakan Pak Kumis dan Boneka Aini. Gaya mendongeng yang mereka tampilkan membuat anak-anak itu terhibur. "Teman-teman, mau nggak dengar cerita aku. Pak Kumis, aku mau kasih dongeng teman-teman di sini tentang asal mula Reog Ponorogo lho," tutur Aini si boneka dengan suara kenesnya keluar dari mulut pendongeng Pak Kumis. Mereka tampil di atas panggung expo buku, dan pameran pendidikan di gedung STKIP PGRI Pasuruan, kemarin. Pak Kumis, yang bernama asli Sujarwo pun mengiyakan permintaan Aini. "Iya bocah manis, Pak Kumis juga ingin mendengar cerita kamu," jawabnya. Tapi sebelum itu, Pak Kumis sempat melontarkan pertanyaan kepada Aini. Dari mana boneka yang menampilkan bocah berjilbab itu tahu cerita Reog Ponorogo. Dengan suaranya yang lantang Aini mengaku dapat cerita itu dari baca buku. Kemudian, dari mulut mungil boneka

Ki Heru Cokro

Gambar
Mendongeng Tak Hanya Baca Cerita KEDIRI- Mendongeng bukan sekadar membaca cerita. Pernafasan, intonasi, dan yang terpenting, kreativitas, adalah faktor penting bagi pendongeng. Bila tidak, pendongeng akan kehilangan daya tariknya. Karena itulah, Ki Heru Cokro, pendongeng dari Sanggar Chandrakirana Surabaya akan membantu para guru, atau yang tertarik dengan dunia dongeng-mendongeng. Dia akan membeberkan teknik-teknik khusus mendongeng. Yakni dalam pelatihan mendongeng yang digelar oleh Radar Kediri pada 5 Februari nanti. Menurut Ki Heru, sering terjadi pendongeng ditinggal audiennya. Saat pendongeng bercuap-cuap, anak-anak justru ngomong sendiri-sendiri. "Itu indikasi si pendongeng telah gagal," kata Ki Heru ketika ditemui di Strawberry Story Telling Center Pare. Pria bertubuh besar tersebut menjelaskan bahwa mendongeng telah teruji efektif untuk menyampaikan pelajaran kepada anak-anak. "Tetapi sayang sekarang sudah banyak ditinggalkan," tandasnya. Saat i

Kak Eva (Eva Sinaga)

Gambar
AGENDA:: Catatan dari Hari Anak 2003 Persahabatan Yang Tak Berjarak Terik mentari, pagi itu, terasa menyengat Jakarta. Tapi anak-anak itu tak menghiraukannya. Mereka terlena dalam kegembiraan yang mungkin jarang menyambanginya. Anak-anak itu adalah asuhan dari “Dunia Pelangi”, sebuah wadah anak-anak muda dari berbagai agama yang concern dalam melakukan pendampingan anak-anak pemulung dan jalanan yang bermarkas di Jl. Damai Cipete Jakarta Selatan. Awalnya aktivitas ini dimotori oleh aktivis Forum Dialog Generasi Muda Antar-iman (GEMARI). Mereka merilisnya sejak tahun 1998. Hari itu (27/7) anak-anak dari Cipete ini mendapat teman dari anak-anak siswa Sekolah Dasar Pangudi Luhur (PL) yang berlokasi di Jalan Haji Nawi, Jakarta Selatan. Mereka bermain bersama di anjungan Timor Timur TMII. Dalam rangka merayakan hari anak inilah panitia berharap tak ada lagi jarak diantara mereka. Anatara yang berpunya dan yang kurang beruntung. “Merangkai persahabatan antara ekonomi bawah (pemulung) dengan

Renny Yaniar

Gambar
Renny Yaniar : Bagaimana Saya Menulis Cerita Anak Renny Yaniar adalah salah satu penulis cerita anak yang cukup produktif. Karya yang sudah dihasilkan yaitu sekitar 250 cerita anak berbentuk cerpen, dongeng, cergan dan komik anak. Ia juga telah menghasilkan 31 buku cerita anak. Salah satu bukunya menjadi Juara pertama penghargaan Adikarya Ikapi untuk buku cerita anak "Lautan Susu Cokelat" beberapa tahun yang lalu. Sesudah dirinya, tidak ada yang berhasil memperoleh juara pertama karena dianggap tidak ada yang layak oleh dewan juri hingga pada tahun 2005 ini. Saat ini ia adalah Pemimpin Redaksi Majalah Anak-anak Mombi, dan sebelumnya pernah bergabung di Majalah Bobo selama bertahun-tahun. Renny sangat mencintai dunia penulisan anak seperti napasnya sendiri. Dibawah ini adalah pendapatnya yang telah disampaikan pada diskusi PENAKOM tentang pentingnya penulisan karya untuk anak pada tanggal 14 Mei 2005. Sejak kapan mulai ‘Menulis Cerita Anak’? Awalnya karena saya suka membaca. S

Ria Enes (Wiwik Suryaningsih)

Gambar
Ria Enes Anugerah Prestasi Ria MENAMPILKAN wajah anak Indonesia seutuhnya. Itulah yang selalu menjadi keinginan penyanyi Wiwik Suryaningsih alias Ria Enes. Untuk itu, lewat Yayasan Dunia Suzan yang dipimpinnya, Ria membagi-bagikan hadiah untuk 15 anak berprestasi se-Jawa Timur. Acara --rutin digelar sejak 2001-- itu berlangsung di Gedung Indosat, Jl. Kayun, Surabaya, Senin pekan lalu. Di depan 250-an tamu undangan, 'kakak' dari boneka lucu Suzan ini membagikan penghargaan Anugerah Prestasi Anak 2003. Sebagian besar yang terpilih adalah anak-anak dari keluarga prasejahtera. Empat di antaranya siswa Sekolah Luar Biasa (SLB). "Inilah wajah anak Indonesia seutuhnya. Meski terkungkung kekurangan, mereka tetap mampu berprestasi," kata perempuan 37 tahun ini. Ria bilang, masing-masing pemenang berhak atas piala tetap serta sertifikat dari Dunia Suzan dan Dinas Pendidikan Nasional Jawa Timur. Untuk siswa dari keluarga prasejahtera --termasuk siswa SLB-- ditambah bonus masing-

GALERI FOTO SANG PENDONGENG (1)

Gambar

Niken Wulandari

Bebaskan Posisi, Santai dan Dengarkan Dongeng Anak-anak usia TK dan SD di Surabaya, ternyata banyak yang mengalami stres karena pelajaran di sekolahnya. Ini adalah hasil observasi mahasiswa Fakultas Psikologi Unair. Dan, dari hasil observasi itu, cara untuk mengatasi stres ini bisa dilakukan dengan meditasi. Seperti apa? Di sebuah ruangan salah satu SD di kawasan Pucang, tidak seperi biasanya, puluhan siswa diam seribu bahasa. Sebagian terlentang di lantai. Ada yang kepalanya disandarkan pada temannya, atau gurunya. Sebagian lagi duduk bersila seperti sedang bersemedi. Semua mata siswa itu terpejam. Sayup-sayup terdengar musik intrumen klasik mengalun pelan. Di tengah-tengah mereka, terlihat seorang gadis dewasa berjilbab dan bertubuh sedikit gemuk, membacakan dongeng tentang Petualangan Terbang Ke Kerajaan Langit. Sesekali terdengar perintah dari perempuan pendongeng kepada anak-anak. "Biarkan tubuhmu santai?rileks?pejamkan mata. Hirup udara pelan-pelan, tahan?, satu?, dua?,tiga?

RUA Zainal Fanani

Para orang tua mendongenglah. Kendati tahu mendongeng banyak manfaatnya, banyak orang tua tidak pede melakukannya. Rani tahu benar manfaat dongeng bagi anak. Ia ingin melakukannya untuk Intan (3 tahun). ''Tapi, aku nggak bisa. Imajinasi dan kemampuan mendongengku cekak,'' katanya. Sebagai gantinya, Rani membelikan sejumlah VCD tentang dongeng anak nusantara untuk buah hatinya. ''Biarlah video yang menggantikan,'' tambahnya. Namun, pendongeng dan penulis dongeng anak-anak dari Yogyakarta, RUA Zainal Fanani tak sependapat. Menurut dia, orang ! tua tak usah merasa takut dengan hal-hal teknis. ''Para orang tua mendongenglah,'' saran dia. ''Kadang ada orang tua yang enggan mendongeng karena merasa tidak bisa mendongeng bagus, tidak bisa menirukan suara ini-itu, dan sebagainya,'' tuturnya. Menurut dia, mendongeng di rumah itu berbeda dengan mendongeng di kelas. Mendongeng di kelas, kata Zainal, sisi hiburannya harus tinggi, kare

Kak Dungdung (Joyo Tio)

Mendongeng Bisa Kapan Saja Kamis, 21 Agustus 2008|07:56:27WIB Latih Kecerdasan Imajinasi dan Nurani Mendongeng atau bercerita dipercaya mampu menggugah imajinasi anak tumbuh, sekaligus membangun hati nurani anak. Namun, orang tua sering malas mendongeng karena sibuk dan lelah. ''Dorongan memberikan dongeng kepada anak seharusnya berdasar pada upaya memaksimalkan kecerdasan anak. Dampaknya memang tidak bisa langsung dirasakan. Jadi, jangan mudah putus asa,'' saran Joyo Tio, pendongeng dari Bintang Matahari Organizer, Jakarta. Pria yang akrab disapa Kak Dungdung tersebut menambahkan, semangat mau mendongeng untuk anak sebaiknya dirasakan kedua orang tua. Jadi, saat lelah, ayah atau ibu bisa saling bergantian. Dongeng juga dapat memperat hubungan anak dan orang tua. Sebab, terjadi interaksi yang begitu intens. Tidak perlu harus selalu di malam hari. Siang atau sore pun bisa. Tentu saja, pilih waktu yang tepat. Disarankan Kang Dungdung, kegiatan bercerita sudah bisa dimulai

Mulyadi Yulianto

Anak Kompleks Sulit Diatur BERGAUL dengan anak-anak dari berbagai daerah membuat seseorang merasa memiliki banyak saudara. Hal itu menimbulkan kebahagiaan tersendiri, yang tak pernah hilang. ''Itulah yang paling saya sukai dari profesi pendongeng,'' tutur Mulyadi Yulianto (33). Dia ditemui usai mendongeng pada parade anak Indonesia sehat dan saleh, dalam rangka Hari Anak Indonesia di RSUD Banyumas, Minggu lalu. ''Panggilan akrab saya di dunia anak-anak adalah Kak Imung,'' tuturnya. Dia mengalami hal yang tak menyenangkan saat awal menjadi pembawa cerita. Karena masih baru, dia belum memiliki kiat menarik perhatian peserta. Akibatnya banyak anak tidak antusias mendengarkan dongengnya, bahkan ada yang membuat gaduh. Sekarang, setelah 11 tahun menjalani profesi itu, dia sudah bisa ''menguasai'' peserta agar selalu mendengarkan cerita yang disampaikan. Dia juga sering mendongeng di luar Purwokerto, antara lain Cilacap, Kebumen, Banjarnegara,

Abas CH

Abas CH Desa Tirtoyudan, Tirtorahayu, Palur, Kulon Progo INDONESIA Abas CH, pria kelahiran Kulon Progo, 15 Juni 1953, sekarang bekerja sebagai PNS yatu guru agama sebuah SMA di kota Magelang. Berkaitan dengan praktik budaya atau kesenian, Abas CH mempunyai keahlian dalam mendongeng cerita baik bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia. Abas CH mengatakan akan terus menekuninya sampai akhir hayat dikandung badan. Keahliannya mendongeng justru ia dapat bukan dari bangku sekolah namun otodidak, alami. Semasa dewasa ia sering mendengarkan siaran RRI tentang cerita pewayangan. Pada waktu itu dia menilai bahwa cerita yang ada kurang dibawakan secara menarik. Cerita hasil karyanya sering kali ia bacakan dalam acara-acara tertentu maupun dalam rutinitasnya membawakan sebuah acara pembacaan cerita bahasa Jawa di salah satu radio swasta di Yogya. Dalam pembacaan cerita dia begitu berkesan dengan cerita berjudul "Kumandanging Katresnan", dan "Nyai Blorong". Cerita-cerita ini ia ambi

Ir. Kasiyanto (Kerajaan Dongeng Semarang)

Guru Tak Bisa Mendongeng ibarat Tubuh Tanpa Kepala JIKA tak bisa mendongeng, janganlah jadi guru. Pernyataan itu memang tidak menjadi syarat yang diwajibkan secara formal bagi mereka yang ingin menjadi pengajar. Namun guru yang ingin serius menjadi pendidik ternyata juga harus bisa jadi pendongeng yang baik. Pentingnya mendongeng dalam proses pendidikan terungkap dalam Seminar dan Pelatihan Metodologi Dongeng yang digelar Ikatan Guru RA/BA (Ikraba) Kabupaten Pekalongan di Masjid An Nur Islamic Centre Kedungwuni, Pekalongan, belum lama ini. Metode yang paling tepat dan efektif untuk mendidik anak, menurut penuturan Ir Kasiyanto, pengajar dari Kerajaan Dongeng Semarang, dengan mendongeng. Sebab, sebuah dongeng atau cerita bisa merangkum berbagai fungsi yaitu sebagai penyampai pesan dan nilai, penambah pengetahuan dan pengalaman batin, serta membantu proses identifikasi diri dan perbuatan anak. Selain itu, dongeng juga mempunyai fungsi hiburan, mendidik emosi, imajinasi, dan kreativitas,

Mama Arif Hidayat

Gambar
Dongeng Sunda di Radio Sipatahunan Bogor (ANTARA News) - Salah satu budaya lisan Sunda, yakni dongeng rakyat berbahasa Sunda, nyaris punah oleh desakan budaya global modern, terutama televisi, sehingga dibutuhkan upaya-upaya untuk menjaga dan melestarikannya agar tidak hilang. "Guna melestarikan budaya lisan Sunda, Radio Sipatahunan Kota Bogor, akan menyiarkan dongeng Sunda secara rutin setiap sore, pada Senin hingga Jumat," kata Encep Moch Ali Alhamidi, Kepala Seksi Pelayanan Media Pemerintah Kota Bogor yang juga Penanggungjawab Radio Sipatahunan, di Bogor, Rabu. Disiarkannya dongeng Sunda di Radio Sipatahunan yang mengudara di gelombang 89,4 FM itu, guna melestarikan budaya lisan Sunda yang nyaris dilupakan, terutama pada generasi muda. Dongeng Sunda akan dituturkan oleh pendongeng tradisional Sunda, Mama Arief Hidayat, serta program pelestarian budaya Sunda lainnya akan disampaikan budayawan Eman Sulaeman. Mama Arif Hidayat menjelaskan, dongeng Sunda bertajuk "Sumur A

DONGENG DONGENG VISUAL (SUPLEMEN)

Gambar
DONGENG-DONGENG VISUAL for everyone BY http://hikmatdarmawan.multiply.com/                                                                       Beberapa tahun lalu, saya menonton Interview with Vampire karena sebuah rasa takjub: Kenapa seorang Neil Jordan (penyair Irlandia yang juga sutradara jenial – film-filmnya yang telah mencuat waktu itu adalah We’re No Angels dan Crying Game) kok mau memfilmkan cerita yang amat mokal dari seri novel Vampire Chronicles karya Anne Rice? Sebelumnya, saya juga menonton dengan antusias Bram Stocker’s Dracula (Coppola) dan Nosferatu (Warner Herzog). Bahan dasar ketiga film itu sama ‘aneh’-nya: mitos drakula/vampire, mahluk malam peminum darah. Pada karya Coppola dan Herzog, makhluk mitos itu ditempatkan dalam dunia yang ‘jauh’. Drakula-nya Coppola ada dalam sebuah dunia Eropa abad lalu, yang meski diberi bobot historis (sedikit), tapi diteatrikalisasi sedemikian rupa sehingga benar-benar terasa sebagai dongeng. Dan Nosferatu ada dalam sebuah dunia Ero