Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2008

Kak Ato (Muhammad Tatohirin)

Mencari Format dalam Mengembangkan Minat Baca Masyarakat Kamis, 8 Desember 2004 JAKARTA - Dalam seminar sehari yang diselenggarakan oleh Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca, bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional RI, di aula Perpustakaan Nasional RI pada tanggal 8 Desember 2005 sangat menarik untuk disimak. Menurut Muhammad Tatohirin atau yang lebih dikenal dengan nama Kak Ato, gerakan memasyarakatkan minat baca merupakan usaha yang harus dilakukan secara terus-menerus dan memerlukan waktu yang cukup panjang. Di samping itu, untuk keberhasilan sebuah gerakan diperlukan pengkajian tentang problematika sekitar masalah peningkatan minat baca masyarakat. Dengan demikian dapat dibuat formula gerakan yang tepat pada sasaran yang sesuai. Masih menurut Kak Ato, masyarakat Indonesia sudah mengenal budaya membaca secara lisan dengan mendongeng pada anak ketika menjelang tidur. Mendongeng dapat dijadikan jembatan untuk mengetahui cerita selanjutnya melalui me

Kak Wees (Wachidus Sururi)

W a c h i d u s S u r u r i (Kak WeEs) Dari kesenangannya mendongeng dan berimajinasi, mendirikan Rumah Dongeng Indonesia. Menurutnya, dongeng selain sebagai media pendidikan pada anak juga dapat menumbuh-kembangkan daya imajinasi anak sebagai pendorong kreatifitas dalam mengapresiasi lingkungan dan hidupnya. Keuntungan dongeng dan lebih dari sekedar hiburan adalah adanya kedekatan anggota keluarga bahkan masyarakat menjadi lebih akrab dan saling memiliki, media pendidikan tanpa menggurui dan sebagai media pematangan jiwa. Dongeng pun dapat dijadikan media komunikasi alternatif di kalangan anak jalanan untuk memudahkan penyampaian pesan-pesan tersembunyi dari para pendampingnya. Mendongeng bisa dipandang sebagai wujud kasih sayang, karena dengan kegiatan mendongeng akan tercipta hubungan batin yang akrab dan hangat antara anak dengan orang tua. Selain itu, mendongeng juga bisa berfungsi untuk mentransfer nilai-nilai kehidupan dan pesan-pesan moral kepada generasi mendatang dengan car

Kak Imung

Gambar
Tanamkan Cinta Islam lewat Dongeng '' PEMBERIAN nama kepada anak selain merupakan doa, juga sebagai peringatan. Contohnya Yanuarto karena lahir Januari. Febrianti lahir...,'' kata Kak Imung. Sekitar 150 anak di Masjid Baitul Muttaqien, Kelurahan Teluk, Purwokerto Selatan menyambung bersama-sama, ''Februari''. Ketika Kak Imung mengatakan Apriliani, Meilani, dan Juni, anak-anak pun langsung menyebutkan bulan kelahiran nama-nama itu dengan tepat. ''Kalau Barjuli lahir...,'' kata Kak Imung. Anak-anak serempak menjawab Juli. ''Agustus,'' kata ustad itu. ''Juli,'' bantah siswa-siswi taman pendidikan Alquran itu tak mau kalah. '' Bar (setelah) Juli kan Agustus,'' jelas Kak Imung. Spontan semua hadirin, termasuk para remaja anggota IPNU/ IPPNU yang menjadi panitia safari dongeng anak di masjid itu, terpingkal-pingkal. Itulah salah satu gaya Kak Imung dalam membawakan dongeng anak Islam. Metode lai

UKIR PERILAKU ANAK DENGAN DONGENG (SUPLEMEN)

Mendongeng boleh dibilang kegiatan sangat sederhana. Tapi faktanya, tidak semua orang mampu melakukan. Gambaran sederhananya, mendongeng adalah bertutur dengan intonasi yang jelas, menceritakan sesuatu hal yang berkesan, menarik, punya nilai-nilai khusus dan punya tujuan khusus pula. Mendongeng berbeda dengan bercerita yang sebagian besar bahannya berdasarkan fakta dengan bahasa yang datar dan baku . Mendongeng lebih banyak disisipi khayalan, bahkan cenderung membual. Meski ada unsur membual, mendongeng punya tujuan jelas yaitu menyampaikan pesan-pesan moral tanpa berkesan menggurui atau memaksakan pendapat. Bagi anak-anak, penyampaian pesan tanpa mendoktrinasi mereka sangatlah penting. Anak-anak tidak dapat dipaksa untuk melakukan perbuatan begini atau bersikap begitu. Mereka harus diberi contoh. Salah satu cara memberi contoh perbuatan yang baik atau buruk, media yang pas buat anak adalah mendongeng. Semua orang tua sebenarnya punya bakat mendongeng. Tapi berani bertaruh, hanya segel

Kak Agus DS (Agus Djapan Sodik)

Gambar
Dongeng Sarat Pesan Thursday, 29 May 2008 Gerakan, mimik, visual, dan didukung peranan boneka membuat sebuah dongeng menjadi istimewa. Di Pendopo Petra Toga Mas Surabaya ramai dengan anak-anak yang asyik menyaksikan pertunjukan sulap dari Agus Djapan Sodik. Kak Agus, demikian dia dipanggil, adalah pendongeng sekaligus pesulap. Sulap yang dibawakan di antaranya permainan kartu remi, tukar dua pipa yang di dalamnya ada gelas dan botol, bernyanyi dengan menirukan suara hewan, dan mendongeng dengan menggunakan boneka Bio. Saat salah satu anak diminta mengambil satu kartu dan Kak Agus meminta menunjukkan kepada teman-temannya.Kartunya 10 hati. Kemudian kartu tersebut dikocok lagi, lalu diambilnya kartu tersebut. Ternyata kartunya sama 10 hati. Aksinya berlanjut dengan boneka Bio. Sebelum bernyanyi boneka Bio ditanya Kak Agus. “Berapa umurmu Bio?” tanya Kak Agus. Kata Bio, umurnya 715 tahun. Anak-anak tertawa karena itu adalah hari jadi Surabaya . Juga ada boneka Sogik dan Berang. Ti

Kak Aga

Gambar
8 Resolusi 2008 Sebenarnya banyak sekali resolusi saya di 2008. Secara gitu loohh… 2008, saya harus membangun kembali puing-puing sisa kejayaan masa kuliah. Loohh... apa hubungannya dengan kuliah? kan udah beresss.... Yaaa, maksudnya masa kejayaan saya, semuanya saya peroleh di masa-masa kuliah, dari mulai prestasi lomba, prestasi belajar, sampai dengan nominasi-nominasi, award-award dan oscar-oscar lainnyahhh...hehehee.... Saya sedang membantu sebuah sekolah yang dulu saya pernah mengajar dengan sedikit pengetahuan dan wawasan tentang dunia pendidikan. Dan saya kepengen sekolah itu maju, baik dari segi SDM pengajarnya maupun anak-anaknya. Sekolah itu letaknya di desa dan para gurunya sampai sekarang digaji melalui dana BOS. Saya ingin memajukan sekolah tersebut dari segi kualitas sumber daya manusia yang dihasilkannya. Terima kasih banyak-banyak buat mas Hernowo yang telah banyak memberikan ilmu tentang pendidikannya, sehingga ilmu yang sedikit saya serap itu akan saya sumbang

Kak Agam

Gambar
Pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame. KENDATI demikian, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini. Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membay

Kak Joko (Djokolelono)

Gambar
Bicara Tentang Dongeng Siang disudut Children Corner Toko Gunung Agung di Tendean Plaza, Jakarta Selatan. Lebih 50 anak-anak kecil berkumpul membentuk setengah lingkaran asyik menyimak dongeng yang diceritakan Djokolelono. Dengan mimik lucu, bersahabat dan kadang diseling bahasa yang diplesetkan menjadi sebuah lelucon yang menyegarkan. Bukan hanya kata dan lelucon, juga dengan sajian gambar-gambar menarik di tiap lembaran kertas, semakin membuat sekumpulan anak itu betah tak beranjak dari tempatnya. Trend barukah ini? Mendongeng dengan dilengkapi gambar atau alat peraga lain seperti boneka, wayang dan lainnya. Menurut Djokolelono pecinta anak, hal ini tergantung pandangan orang, apalagi yang tidak terbiasa. Bagi pria berambut merah dan eksentrik ini, mendongeng dengan dilengkapi gambar merupakan siasatnya agar anak lebih konsentrasi menyimak dongeng yang dia sajikan. Gambar hanya sebagai alat untuk menarik perhatian anak. Selain gambar sebagai alat agar anak konsentrasi menyimak dongen

MENJADI PENDONGENG TERBAIK (SUPLEMEN)

Menjadi Pendongeng Terbaik Kegiatan mendongeng tidak semata-mata berarti menceritakan tentang dongeng-yang bermuatan kisah rekaan ataupun khayalan-pada anak-anak. Lebih luas dari itu, mendongeng lebih berarti bercerita tentang apa saja pada anak-anak atau para penyimak lainnya. Bahan cerita bisa bersumber dari buku-buku (dongeng, cerita rakyat, fabel, dan sebagainya) maupun kisah karangan si pencerita sendiri. Memang, dongeng bisa dinikmati siapa saja, namun sejauh ini anak-anak bisa dikatakan sebagai penonton atau sasaran utama. Umumnya, kegiatan mendongeng atau bercerita memang dekat dengan kehidupan anak-anak. Cerita-cerita yang dibacakan ataupun disampaikan umumnya dikemas sedemikian rupa agar dapat dicerna para penikmat cilik ini. Dengan kemampuan membaca yang rata-rata masih minim, penyampaian cerita secara lisan tepat ditujukan untuk anak-anak. Pudentia MPSS, Ketua Asosiasi Tradisi Lisan, mengatakan, sebenarnya awal kegiatan mendongeng itu sebagai salah satu sarana hibura

Kak Seto (Seto Mulyadi)

Gambar
Dongeng "si Komo"Di Kali Adem JAKARTA– Kegembiraan anak-anak korban penggusuran Kali Adem, Penjaringan, Jakarta Utara, tiba-tiba meledak ketika Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto, Rabu (29/10) siang mengunjungi tempat pengungsian di tenda-tenda darurat yang dibangun seadanya. Untuk sesaat puluhan anak-anak korban penggusuran Kali Adem boleh melupakan kedukaannya menyusul bongkar paksa yang dilakukan aparat Tramtib Jakarta Utara. Dengan menggunakan kapal milik nelayan, Kak Seto bersama rombongan Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak, datang mengunjungi anak-anak korban penggusuran, Rabu (22/10) siang sekitar pukul 14.00 WIB. Tidak kurang dari 40 anak-anak berkumpul di Mushola Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kali Adem Pluit Penjaringan Jakarta Utara untuk bertemu dengan Kak Seto yang hanya mereka bisa lihat di layar kaca. Bukan hanya anak-anak yang datang, sejumlah ibu-ibu yang menggendong bayinya dan sejumlah warga yang pan

MENDONGENG TAK HARUS DENGAN "DONGENG" (SUPLEMEN)

Gambar
Orangtua disarankan meluangkan waktu untuk mendongeng bagi anaknya. Mendongeng tak hanya mengembangkan daya khayal anak, tapi juga merupakan sarana pemberi pengertian tentang moral pada mereka. Lalu bagaimana jika semua dongeng masa kecil Anda sudah habis Anda ceritakan dan buku dongeng pun telah habis Anda bacakan? Menurut The Daily Telegraph, London, ternyata Anda tak harus selalu menceritakan dongeng. Kejadian sehari-hari juga boleh dijadikan ide ‘mendongeng.' Anak-anak senang, kok, mendengar cerita tentang masa kecil Anda, bagaimana Anda bertemu dan jatuh cinta pada suami, menceritakan proses kelahirannya serta masa batita yang mulai dilupakannya. Menceritakan kenakalan Anda saat sekolah, misalnya, akan membuat anak merasa dekat dengan Anda. Sesekali, beri anak pemahaman di sela-sela dongeng Anda. Misalnya, "Sekarang Ibu menyesal melakukan itu, soalnya karena itu Ibu jadi tidak naik kelas." Apa lagi yang bisa Anda lakukan? Usahakan garis cerita yang pendek dan sederha

Kak Kusumo (Kusumo Priyono)

Gambar
Pada 1985, Kusumo Priyono tak memenuhi panggilan kakaknya untuk pulang ke lereng Gunung Sumbing, Magelang, Jawa Tengah, mengikuti pemilihan lurah. Bila tidak, mungkin predikat Raja Dongeng tak disandangnya kini. Ia dikenal sebagai pencipta Gasa, Garuda Perkasa, yang lahir atas keprihatinan terhadap bangsa. Maklum, menurut dia, tokoh-tokoh kesayangan anak-anak sekarang selalu berasal dari impor dan aneh-aneh. Lihat Superman yang cawatnya kelihatan dari luar, Batman yang codot alias kelelawar sering menghama buah-buahan di pohon-pohon, atau tikus menjadi Mickey Mouse. “Garuda itu mulia tunggangan para dewa, itu tokoh teladan,” tuturnya tentang tokoh ciptaannya. Dan terutama, menurutnya, perilaku Gasa bisa jadi teladan anak-anak. Sejak kecil, terutama setelah mampu membaca sendiri, ia sudah keranjingan mendengarkan dongeng dan mendongeng. Kegilaannya membaca semakin menjadi saat ia kelas 3 SD. Sepulang sekolah ia selalu nyamperi penyewaan buku. Segala macam buku termasuk komik dilahapnya.

Kak Ariyo (Moch Ariyo Faridh Zidni)

Gambar
MALAM itu panggung utama Bobo Fair diramaikan anak-anak. Mereka menikmati suara renyah seorang pendongeng. Tawa dan komentar anak-anak bersahutan di sela-sela dongeng yang dibawakan Ariyo. Memasuki cerita kedua, anak-anak semakin merapat. Mereka kian antusias mendengarkan cerita itu. Mereka yang tadinya duduk di kursi belakang pindah ke hamparan karpet di bagian depan. Mereka lesehan, bergabung dengan anak-anak lain. Ekspresi anak-anak itu beragam. Kadang mereka terbahak. Sebentar kemudian melonggo. Kadang-kadang melompat terkejut saat ceritanya menegangkan. Saat selingan lagu disuguhkan, anak-anak ikut bernyanyi sambil menggoyangkan badan. Moch Ariyo Faridh Zidni, nama lengkap pendongeng itu. Pria kelahiran 28 tahun lalu itu menggabungkan dongeng dengan musik. Ariyo mengakui sering mengawinkan dongeng dengan seni lain. "Jadi, aku bisa menggunakan suara, gerak tubuh, mimik wajah. Kadang aku suka eksperimen bikin dongeng sambil nyanyi duet," kata alumnus Fakultas Ilmu Budaya

MENDONGENG ITU MUDAH (SUPLEMEN)

Gambar
Mendongeng itu Mudah! MEMILIH bacaan untuk anak di tengah-tengah lautan buku bacaan yang dewasa ini demikian melimpah ruah, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi bila dihadapkan dengan buku-buku bacaan hasil terjemahan, entah itu berupa komik, cerita pendek, atau novel. Dalam upaya menumbuhkembangkan daya intelektual anak lewat bacaan, orang tua mempunyai peran yang cukup penting. Orang tua harus menjadi pembaca pertama buku-buku yang kelak akan dibaca anak. Dalam memilih bacaan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, lihat bahasa yang dipakainya, apakah mudah dicerna atau tidak oleh si anak. Setelah itu lihat jalan ceritanya, konflik yang dihidupkannya, latar ceritanya, dan sebagainya. Pasalnya, dewasa ini hal-hal yang bersifat pornografis sudah merasuk ke dalam komik, novel, bahkan cerita pendek. Jangan sampai hal yang belum pantas dibaca anak, malah menjadi santapannya. Hal itu bisa membuat anak lupa pada tugas utamanya, yakni belajar menghayati hidup dan kehi

Kak Andi (Andi Yudha Isfandiyar)

Gambar
Minggu , 04 Mei 2008 , Not Only Teach But Also Touch. Ricky Reynald Yulman SATU hal yang sering dilupakan orangtua dan guru dalam mendidik anak menjadi manusia kreatif adalah memberi anak-anak motivasi. Namun, motivasi tak dapat diberikan dengan cara-cara yang membuat anak justru merasa takut dan tertekan. PERINGATAN ini diungkapkan Andi Yudha Asfandiya, pemerhati dunia anak dalam seminar bertajuk Pendidikan Motivasi + Karakter Gerbang Kesuksesan Masa Depan, di Gedung Vidya Chandra Jalan Sangkuriang Cimahi, Kamis (1/5) pagi. "Satu hal yang sangat penting dalam mengembangkan kreativitas dan kecerdasan anak adalah menciptakan suasana aman dan nyaman secara psikologis. Jangan sampai ada ungkapan-ungkapan negatif. Jangan ada caci maki, membentak, rasa tak percaya, suudzon, gerutu, cemberut, dan sejenisnya," ingat Andi. Di hadapan sekitar 300 peserta seminar yang diadakan Sekolah Interaktif Gemilang Mutafannin dan Forum Masyarakat Sekolah Interaktif Gemilang Mutafannin, pria kelah

DONGENG AKTIFKAN SIMPUL SARAF (SUPLEMEN)

Gambar
DONGENG AKTIFKAN SIMPUL SARAF Bayi-bayi yang rajin didongengi terbukti memiliki simpul saraf (myelin) yang lebih aktif. Sudahkah Anda melakukannya? Sejak si kecil masih dalam kandungan, Rika sudah biasa mendongeng untuk anaknya. Banyak hal yang diceritakan, mulai dari aktivitas yang sedang dilakukannya sampai cerita-cerita sarat pesan moral yang dibaca dari beragam buku. Hingga anaknya lahir, Rika masih terus melakukan kebiasaan tersebut. Sambil memandikan, menyuapi dan bersiap tidur pun, ibu satu anak ini menyelipkan satu-dua cerita. Hasilnya? "Saya lihat perkembangan anak saya lebih cepat dibanding bayi-bayi seusianya. Saya rasa memang banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan mendongeng pada anak sejak bayi," ujarnya. Ada lagi contoh nyata: seorang mempelai perempuan memilih satu lagu khusus untuk mengiringi pernikahannya. Ketika ditanya alasannya, dengan lugas ia menjawab, "Lagu ini rasanya akrab sekali di telinga saya. Katanya sewaktu bayi saya sering didongengi cer

Pak Raden (Drs. Suyadi)

Gambar
Nama aslinya Drs. Suyadi, namun ia lebih dikenal dengan panggilan Pak Raden. Lahir pada 28 Nopember 1932 di ujung Timur Pulau Jawa di tepi pantai Laut Selatan tepatnya di desa Puger dari keluarga besar dengan 9 bersaudara. Apa katanya tentang Film Boneka ‘Si Unyil’ yang diputar dalam versi yang jauh dari aslinya di sebuah TV Swasta? Bagaimana pandangannya tentang dunia anak-anak? Berikut obrolan TOGANEWS dengan Pak Raden yang belakangan kerap muncul pada acara-acara mendongeng di Toko Gunung Agung; Sejak kapan sih Pak Raden suka mendongeng? Saya sendiri tidak tahu, tapi sekali-sekali mendongeng yang bukan secara professional begini, tiap kumpul-kumpul mendongeng. Sejak kecil saya suka dongeng dan saya sebetulnya seorang ‘Perupa’, bidang saya senirupa. Di dalam bidang senirupa itu saya pilih senirupa yang naratif, yang mendongeng misalnya illustrasi buku anak-anak. Itu kan bidangnya senirupa tapi sifatnya mendongeng. Saya juga suka mendalang, satu bentuk seni yang bertutur. Dari dulu sa