Tanamkan Cinta Islam lewat Dongeng '' PEMBERIAN nama kepada anak selain merupakan doa, juga sebagai peringatan. Contohnya Yanuarto karena lahir Januari. Febrianti lahir...,'' kata Kak Imung. Sekitar 150 anak di Masjid Baitul Muttaqien, Kelurahan Teluk, Purwokerto Selatan menyambung bersama-sama, ''Februari''. Ketika Kak Imung mengatakan Apriliani, Meilani, dan Juni, anak-anak pun langsung menyebutkan bulan kelahiran nama-nama itu dengan tepat. ''Kalau Barjuli lahir...,'' kata Kak Imung. Anak-anak serempak menjawab Juli. ''Agustus,'' kata ustad itu. ''Juli,'' bantah siswa-siswi taman pendidikan Alquran itu tak mau kalah. '' Bar (setelah) Juli kan Agustus,'' jelas Kak Imung. Spontan semua hadirin, termasuk para remaja anggota IPNU/ IPPNU yang menjadi panitia safari dongeng anak di masjid itu, terpingkal-pingkal. Itulah salah satu gaya Kak Imung dalam membawakan dongeng anak Islam. Metode lai...
Kak Poetri (Poetri Soehendro) Suaranya akan selalu kita dengar ketika ia mendongeng tiap pagi sekitar pukul 06.00 dan 06.30 di Radio Female mengantar anak-anak ke sekolah. Bahkan ada anak yang belum mau turun dari mobil untuk masuk sekolah kalau belum mendengar dongengannya. Dialah Poetri Soehendro, seorang di antara sedikit yang berminat pada dunia anak dan dongeng. Sebelum terjun pada dunia dongeng, ia cukup lama malang melintang di dunia advertising, dari membuat film sampai jingle radio sudah ia lakoni lebih 15 tahun di banyak negara, “Dunia advertising itu ‘kejam’ dalam arti tidak ada hati nurani di situ. Yang penting kejar deadline, kerja mati-matian dan dibayar tinggi selama kita bisa menekan supplier dan kerjaan bagus. Jadi yang namanya hati nurani mati, lempeng aja.” Tutur Poetri saat ditemui Toga News sebelum ia mulai mendongeng di Pojok Anak -Toko Gunung Agung beberapa waktu lalu. Lepas dari advertising, ia bergabung di sebuah radio atas ajakan seorang temannya. Meski dengan...
Tak terasa, waktu seperti berjalan cepat sekali Sabtu (21/4/2012). Jarum jam sudah menunjukkan kurang lebih pukul 17.30 WIB. Pengajian di Taman Terminal Tirtonadi, Solo, yang diisi Wuntat Wawan Sembodo terlihat begitu berkesan bagi ratusan orang kaum marginal yang hadir. Peserta pengajian yang sebagian besar anak-anak dan ibu-ibu Majelis Asy Syifaa itu tampak antusias mengikuti jalannya acara. Wuntat mengajak mereka yang hadir berperan aktif. Kadang lewat syair lagu maupun gerakan-gerakan badan. Pembawaan Wuntat mampu menyita perhatian jemaah. Suara dan penampilannya di panggung membuat mereka betah duduk mengikuti pengajian. Suara tawa dan rasa bahagia terpancar di wajah semua yang mengikuti jalannya pengajian. Bahkan tak segan-segan Wuntat turun panggung mengajak jemaah berinteraksi. Hiduplah suasana pengajian itu. “Didik anak untuk terbiasa jujur. Kuncinya ada pada keteladanan. Keteladanan dan kata-kata lebih penting keteladanan. Kadang kata-kata hanya didengar ta...
Komentar