MENDONGENG TAK HARUS DENGAN "DONGENG" (SUPLEMEN)
Orangtua disarankan meluangkan waktu untuk mendongeng bagi anaknya. Mendongeng tak hanya mengembangkan daya khayal anak, tapi juga merupakan sarana pemberi pengertian tentang moral pada mereka. Lalu bagaimana jika semua dongeng masa kecil Anda sudah habis Anda ceritakan dan buku dongeng pun telah habis Anda bacakan?
Menurut The Daily Telegraph, London, ternyata Anda tak harus selalu menceritakan dongeng. Kejadian sehari-hari juga boleh dijadikan ide ‘mendongeng.' Anak-anak senang, kok, mendengar cerita tentang masa kecil Anda, bagaimana Anda bertemu dan jatuh cinta pada suami, menceritakan proses kelahirannya serta masa batita yang mulai dilupakannya.
Menceritakan kenakalan Anda saat sekolah, misalnya, akan membuat anak merasa dekat dengan Anda. Sesekali, beri anak pemahaman di sela-sela dongeng Anda. Misalnya, "Sekarang Ibu menyesal melakukan itu, soalnya karena itu Ibu jadi tidak naik kelas."
Apa lagi yang bisa Anda lakukan?
Usahakan garis cerita yang pendek dan sederhana.
Gunakan penggambaran detail, seperti, "Ayah dulu memakai baju
kotak-kotak merah dan celana krem yang serasi waktu datang ke rumah Ibu." Itu akan memacu imajinasi mereka.
Bersiaplah untuk menjawab pertanyaan anak yang terkadang di luar dugaan. Kuncinya, jangan menghindar.
Jangan takut menggunakan kata yang tidak familiar di telinga
anak. Itu justru kesempatan untuk menambah kosakatanya.
Berikan akhir yang jelas dan tidak menggantung.
Cerita tak harus mengandung nasihat. Membuat anak menjadi bagian
dari kenyataan sudah cukup.
Cerita tak harus berupa peristiwa besar. Misalnya, berbagi pengalaman saat Anda dulu kehilangan boneka kesayangan.
Album foto juga bisa menjadi alat bantu yang menyenangkan.
Dwi Astuti, Lotus Komang
Sumber :http://www.tabloidnova.com
Menurut The Daily Telegraph, London, ternyata Anda tak harus selalu menceritakan dongeng. Kejadian sehari-hari juga boleh dijadikan ide ‘mendongeng.' Anak-anak senang, kok, mendengar cerita tentang masa kecil Anda, bagaimana Anda bertemu dan jatuh cinta pada suami, menceritakan proses kelahirannya serta masa batita yang mulai dilupakannya.
Menceritakan kenakalan Anda saat sekolah, misalnya, akan membuat anak merasa dekat dengan Anda. Sesekali, beri anak pemahaman di sela-sela dongeng Anda. Misalnya, "Sekarang Ibu menyesal melakukan itu, soalnya karena itu Ibu jadi tidak naik kelas."
Apa lagi yang bisa Anda lakukan?
Usahakan garis cerita yang pendek dan sederhana.
Gunakan penggambaran detail, seperti, "Ayah dulu memakai baju
kotak-kotak merah dan celana krem yang serasi waktu datang ke rumah Ibu." Itu akan memacu imajinasi mereka.
Bersiaplah untuk menjawab pertanyaan anak yang terkadang di luar dugaan. Kuncinya, jangan menghindar.
Jangan takut menggunakan kata yang tidak familiar di telinga
anak. Itu justru kesempatan untuk menambah kosakatanya.
Berikan akhir yang jelas dan tidak menggantung.
Cerita tak harus mengandung nasihat. Membuat anak menjadi bagian
dari kenyataan sudah cukup.
Cerita tak harus berupa peristiwa besar. Misalnya, berbagi pengalaman saat Anda dulu kehilangan boneka kesayangan.
Album foto juga bisa menjadi alat bantu yang menyenangkan.
Dwi Astuti, Lotus Komang
Sumber :http://www.tabloidnova.com
Komentar