Kak Ardy Ferdinanto
Dongeng Itu Asyik
Novida Dhea Farani
(15) sudah sejak kecil suka dongeng karena orang tua dan neneknya
memang kerap mendongeng sebelum menidurkan dirinya.
Siapa sih yang
menyangkal bahwa dongeng itu menyenangkan? Biasanya dongeng disisipi
lelucon sehingga ceritanya tidak membosankan. Tambah nikmat, kalau
diceritakan sambil tiduran di malam hari.
“Aku senang banget
sama dongeng karena banyak lucu-lucunya. Enaknya lagi, banyak
pesan-pesannya, tapi kita nggak bosan,” celoteh dara yang biasa
disapa Dhea ini.
Menurut pengalamannya, dongeng mengajaknya untuk
melakukan sesuatu yang baik. Misalnya, ketika bercerita tentang
lingkungan maka dirinya jadi tertarik untuk ikut menjaga lingkungan
dengan cara yang sederhana seperti membuang sampah di kotak sampah
yang tersedia.
Meski hanya bicara lewat telepon kepada SH, suara
antusias Novida di seberang sana menggambarkan murid kelas IX SMP
Negeri 265 Jakarta ini mengagumi dongeng yang bersifat keagamaan.
Seperti apa yang pernah didongengkan oleh sang pendongeng, Ardy
Ferdianto di bulan puasa tahun 2012.
Sarah Safira (13),
kawan sepermainan Novida, juga mengaku demikian. Sarah Safira adalah
warga Kampung Melayu Kecil I, Jakarta Selatan, yang sering pula
didongengi oleh Ardy Ferdianto, pendiri Sanggar Kayu.
“Aku paling
suka dongeng pas bulan puasa kemarin. Dongengnya benar-benar bikin
terharu. Ceritanya ngajak puasa, gitu. Diceritakan tentang anak yang
nggak puasa,” jelas Sarah yang juga bersekolah di SMP Negeri 265
Jakarta, tapi masih kelas VII.
Sarah sudah bisa mengatakan bahwa
dongeng mempunyai banyak nilai positif, meski dia lebih menyukai
dongeng yang disampaikan secara menarik dan ceritanya kena di hati.
Apalagi kalau pendongengnya menggunakan alat bantu seperti boneka,
muppet, dan gambar-gambar, Sarah dan kawan-kawannya lebih
tertarik.
“Terutama untuk anak-anak yang lebih kecil ya, soalnya
Kak Ardy kan suka cerita tentang binatang juga tuh. Jadi kalau ada
gambar atau boneka, anak-anak kecil lebih gampang menangkapnya,”
ungkap Sarah menggebu-gebut.
Baik Sarah maupun
Novida sudah sekitar tiga tahun ini ikut berbagai kegiatan di Sanggar
Kayu. Mereka bisa memilih aktivitas yang disukai mulai dari
menggambar, menari, menyanyi, membaca puisi, sampai mendongeng.
Bahkan lantaran sering mendengarkan dongeng, Novida sempat punya
keinginan menjadi pendongeng. “Waktu itu sih pernah diajak Kak Ardy
ke suatu acara, disuruh nyoba dongeng ke anak-anak kecil. Cuma ada
rasa malu, suka grogi kalau di depan orang banyak. Mungkin belum pede
aja,” katanya seraya tertawa.
Seniman Jalanan
Adalah Ardy Ferdianto, pendiri Sanggar
Kayu di Kampung Melayu Kecil I, Jakarta Selatan, itu. Pemuda ini
belajar mendongeng secara autodidak. Pada awalnya, di tahun 1999 dia
malah menjadi seniman jalanan yang membaca puisi dari bus ke bus di
jalanan di Jakarta. Beberapa waktu kemudian, ia meningkat menjadi
pembaca cerita pendek (cerpen) di bus-bus. Barulah sejak 2008 Ardy
menjadi pendongeng.
Latar belakangnya sebagai pemain teater
dan dekat dengan dunia anak-anak membuatnya menyukai dongeng dan
akhirnya menjadi pendongeng gratisan. Namun perjalanan waktu
membuatnya menggagas jadi pendongeng keliling ke sekolah-sekolah.
Akhirnya direalisasikanlah keinginan
itu. Selama dua tahun dia mendongeng di pendidikan anak usia dini
(PAUD) hingga sekolah dasar (SD) se-Jabodetabek. Hingga selanjutnya
dikontrak oleh beberapa perusahaan, antara lain untuk kampanye peduli
lingkungan melalui unit Corporate Social Responsibility (CSR). Dari
situlah dia mengolah tabungan yang terkumpul untuk mendirikan Sanggar
Kayu.
Sanggar Kayu lebih
banyak memberikan pelatihan untuk teater dan seni tradisional, tidak
semata-mata fokus pada dongeng. Kegiatannya diadakan setelah lewat
jam sekolah supaya tidak mengganggu kegiatan utama murid.
“Lewat
teater saya bisa memanfaatkan skill yang berguna bagi anak. Sementara
anak-anak juga lebih percaya diri dan motoriknya terangsang untuk
dieksplorasi,” tutur Ardy yang punya anggota 30 orang yang berumur
6-12 tahun di Sanggar Kayu tersebut.
Kegiatan mendongeng, bagi Ardy memang
asyik. “Kita bisa bercanda sama anak-anak. Jadi anak-anak terhibur
senang. Yaaah... bermain sambil belajarlah,” lanjutnya. Tapi Ardy
juga mengingatkan bahwa pendongeng harus banyak membaca supaya tambah
pengetahuan umumnya yang kemudian bisa ditransfer pada anak-anak
lewat dongeng.
Baginya, dongeng
merupakan media yang sangat efektif untuk memperkaya imajinasi anak
sehingga punya cita-cita tinggi dan mampu menokohkan seseorang yang
patut dicontoh.(Wahyu Dramastuti)
Komentar