Kak Iman Surahman
Kak Iman Surahman, Pendongeng yang Peduli
Sejak SD, Kak Iman Surahman Hadi mulai mendongeng dari pesta ke pesta. Pertama kali mendongeng pada acara acara ulang tahun. Lalu acara kegiatan RT, acara keluarga, acara teman- teman lainnya. Saat itu ucapan terimakasihnya hanya berupa nasi kotak .“Kesannya menyenangkan karena bisa melihat tawa dan semangat dari anak-anak yang mendengarkan cerita, bahkan mereka hanyut terbawa isi kisah yang saya sampaikan,” kata Kak Iman.
Hingga sampai dewasa pada tahun 2001, Kak Iman memilih menjadi pendongeng sebagai profesinya. Kak Iman keluar dari Dompet Dhuafa sebagai Komando Dissaster Managemen Center, tempatnya bekerja dahulu. Saat bekerja, Kak Iman membantu para korban gempa di seluruh Indonesia. Lalu ia mulai mendirikan sanggar seni untuk anak yang bernama MIMITI. Mulailah Kak Iman mendongeng ke berbagai tempat.
Bagi Kak Iman, semua pengalaman mendongeng pasti mengesankan. Namun ada yang paling berkesan, yaitu saat mendongeng tentang kisah motivasi untuk para narapidana di LP Nusa Kambangan. Lalu mendongeng untuk anak-anak korban gempa seperti gunung meletus di Yogya. Bahkan ia juga pernah mendongeng untuk korban bencana banjir di Pakistan pada tahun 2010, tentunya dengan bekal Bahasa Arab yang dikuasainya.
Orang tua Kak Iman sebenarnya ingin menjadikannya kyai ulama besar. Makanya lulus SD ia dimasukkan Pesantren As-Syafiiyah dan dipindahkan lagi ke Pesantren Lirboyo. Lalu terakhir di Pesantren As-Shiddiqiyah. Namun lulus pesantren Kak Iman memilih kuliah di ISI Yogja.
Seiring waktu, MIMITI berkembang. Tahun 2008 Kak Iman mendirikan Dongeng Ceria Management (DCM) bersama istrinya. Beberapa pendongeng lainnya turut bergabung dalam management ini. Oya, di DCM, Kak Iman juga mengasuh 10 anak yatim dan dhuafa. Hebatnya, anak-anak asuh itu diambilnya dari korban bencana gempa di pelosok negeri. Kak Iman memberinya nama Yatim Seribu Pulau (YSP). Mereka antara lain berasal dari pulau-pulau kecil yang tidak ada sekolahnya seperti pulau Tunda, Serang Banten, Kepulauan Seribu, Tasyik, Logodor Pangandaran, Soe dan Oe NTT.
Anak-anak YSP disekolahkan dan dilatih untuk jadi pengusaha muda. Di sela-sela kesibukan sekolah, mereka punya jadwal usaha loundry Anak Ceria milik YSP. Di pondok YSP mereka punya peti pembeku untuk menyimpan es rujak dan susu buatan sendiri untuk dijual. Bagi Kak Iman, menjadi pendongeng dan trainer telah memotivasi dirinya sebagai mesin cinta untuk menjemput rezeki bagi anak-anak asuhnya. Syukurlah kakak-kakak pendongeng yang tergabung dalam DCM, ikhlas memotong pendapatannya 50 persen untuk anak-anak asuhnya.
Saat ini DCM memiliki 11 program, yaitu 1. Dongeng ceria untuk anak anak. 2.Dongeng dakwah untuk remaja. 3.Berbagi kisah untuk dewasa. 4.Majelis cilik rutin satu bulan sekali di tiga tempat. 5.Menjemput rupiah untuk sekolah (rutin mereka lakukan menjelang akhir tahun atau pertengahan tahun). 6.Pelatihan tehnik mendongeng untuk mengajar yang menyenangkan (untuk para guru). 7.Pelatihan mitigasi bencana alam untuk anak, Jelajah Negri (dari Sabang sampai Merauke). 8.Sambangi anak Indonesia untuk berbagi ceria. 10.Kampanye gerakan satu rumah satu pendogeng untuk membentengi anak dengan ahklak dan keimanan lewat bercerita bukan membentengi anak dengan peraturan dan pintu rumah yang terkunci. Terakhir, anak asuh di sebrang lautan.
Kak Iman masih memiliki keinginan ingin memiliki lahan sendiri untuk YPS. Lalu dibangun rumah bambu untuk mereka. Wuah, mulia sekali ya. Kak Iman benar-benar pendongeng yang peduli. Semoga keinginan itu tercapai.
Nah, siapa yang ingin mendengar Kak Iman mendongeng? Pasti seru! Bisa hubungi melalui FB: Kak Iman Surahman *(BB)
Penulis: Rumah Oren/GP
Komentar