Kak Eva (Eva Sinaga)


AGENDA:: Catatan dari Hari Anak 2003

Persahabatan Yang Tak Berjarak

Terik mentari, pagi itu, terasa menyengat Jakarta. Tapi anak-anak itu tak menghiraukannya. Mereka terlena dalam kegembiraan yang mungkin jarang menyambanginya. Anak-anak itu adalah asuhan dari “Dunia Pelangi”, sebuah wadah anak-anak muda dari berbagai agama yang concern dalam melakukan pendampingan anak-anak pemulung dan jalanan yang bermarkas di Jl. Damai Cipete Jakarta Selatan. Awalnya aktivitas ini dimotori oleh aktivis Forum Dialog Generasi Muda Antar-iman (GEMARI). Mereka merilisnya sejak tahun 1998.

Hari itu (27/7) anak-anak dari Cipete ini mendapat teman dari anak-anak siswa Sekolah Dasar Pangudi Luhur (PL) yang berlokasi di Jalan Haji Nawi, Jakarta Selatan. Mereka bermain bersama di anjungan Timor Timur TMII. Dalam rangka merayakan hari anak inilah panitia berharap tak ada lagi jarak diantara mereka. Anatara yang berpunya dan yang kurang beruntung. “Merangkai persahabatan antara ekonomi bawah (pemulung) dengan anak-anak yang mampu,” kata Anto Tablo, Ketua panitia. Bertemakan “Menjalin Kasih Merangkai Persahabatan”, acara itu mencoba mewujudkan pertemuan diantara mereka.

Anak-anak dari Cipete ini bisa dibilang kurang beruntung. Mereka jarang bisa berlibur dan mengunjungi tempat-tempat semacam Taman Mini Indonesia Indah. Maka liburan kali ini merupakan kesempatan yang baik buat mereka. Apalagi dalam acara ini mereka mendapat teman baru dari Sekolah Pangudi Luhur.

Seperti biasa, pertemanan dimulai dengan perkenalan, akrab dan kemudian terjalinlah persahabatan. Pun dalam acara ini, lebih banyak unsur permainannya. “Anak-anak dibagi lima kelompok besar. Mempertemukan mereka dalam permainan,” terang Anto. Dunia anak merupakan masa bermain. Dari sini lebih mudah mengajak mereka untuk saling mengenal. Meski latar belakang strata sosial berbeda. Toh, itu tidak menjadi kendala. Bahwa masih ada beberapa yang masih canggung itu proses.

Anak-anak diajak untuk membuat lingkaran. Mereka saling bergandeng tangan sembari menyanyi. “tar-tar,” instruksi salah satu pendamping kepada salah satu anak. Artinya anak tersebut harus menyebutkan nama dua anak disebelah kirinya. Sebelumnya mereka disuruh menghapalkan nama rekan-rekannya.

Usai itu, acara berlanjut dengan pentas seni. Anak-anak dampingan Dunia Pelangi menyajikan tarian daerah dan modern. Mereka begitu atraktif dan penuh percaya diri. Dibalut kaos biru, anak-anak perempuan menari dengan iringan lagu khas anak-anak. Peserta laki-laki-pun tak mau ketinggalan. Mereka menyajikan atraksi akrobatik. Dan seorang siswa dari SD PL menyumbangkan sebuah lagu yang dibawakan dengan sangat baik, sepertinya ia sudah cukup lama belajar menyanyi.

Kepercayaan. Itu yang coba diungkapkan oleh anak-anak Dunia Pelangi. Salah satu anak menjatuhkan diri kebawah setelah sebelumnya saling menyusun ke atas. Kemudian ditangkap oleh teman yang lain. Hal ini tentu tidak mudah. Membangun kepercayaan antar teman.

Satu acara yang tidak kalah serunya adalah dongeng. Pegiat dongeng anak, Eva Sinaga dengan gayanya yang sangat menyakinkan membuat perhatian semua anak tertuju kepadanya. Bahkan banyak panitia dan pendamping Cipete tertegun memperhatikan gayanya selagi sedang mendongeng tentang seekor kodok yang ingin mempunyai rambut panjang.

Setelah makan siang acara dilanjutkan dengan permainan. Pesrta dibagi menjadi 16 kelompok, masing-masing terdiri dari 5-6 orang. Pihak panitia menyediakan empat pos permainan. Tiap kelompok hanya diperkenankan bermain di tiga kelompok. Fitri (5) menatap anggota kelompoknya dengan mata sendu. Ia melihat teman-temannya bermain bakiak. Ia tidak bisa bermain bersama temannya yang jauh lebih besar. Permainan ini membutuhkan kecepatan. Kesenduan ini terobati pada pos berikutnya, ranjau air. “Mau main,” kata sang pendamping. Fitri hanya menjawab dengan anggukan. Matanya ditutup dengan kain hitam. Ia berjalan sesuai dengan instruksi dari teman yang lain. Alhasil, fitri bisa melewati rute walaupun ada beberapa gelas plastik yang jatuh.

Rangkaian permainan ini mempererat pertemanan antara kedua komunitas. Dari sini terjalin teamwork yang solid. Muaranya bisa ditebak. Memenangkan permainan. Tapi tak cukup hanya itu. Peserta dituntut untuk mau berbagi dengan yang lain. Kepedulian antar teman yang satu dengan yang lain.

Acara berakhir di Taman Burung. Anak-anak dapat melihat secara dekat berbagai macam burung yang selama ini jarang dilihat bahkan belum pernah. Paling banter hanya lewat TV. Mereka dengan rapi masuk ke areal Taman Burung dengan didampingi panitia dan juga orang tua.

Laporan Agriceli (Dunia Pelangi)

Sumber : http://www.icrp-online.org/wmview.php?ArtID=409

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kak Imung

Kak Poetri (Poetri Suhendro)

Kak Wuntat Wawan Sembodo