Ir. Kasiyanto (Kerajaan Dongeng Semarang)

Guru Tak Bisa Mendongeng ibarat Tubuh Tanpa Kepala

JIKA tak bisa mendongeng, janganlah jadi guru. Pernyataan itu memang tidak menjadi syarat yang diwajibkan secara formal bagi mereka yang ingin menjadi pengajar. Namun guru yang ingin serius menjadi pendidik ternyata juga harus bisa jadi pendongeng yang baik.

Pentingnya mendongeng dalam proses pendidikan terungkap dalam Seminar dan Pelatihan Metodologi Dongeng yang digelar Ikatan Guru RA/BA (Ikraba) Kabupaten Pekalongan di Masjid An Nur Islamic Centre Kedungwuni, Pekalongan, belum lama ini.

Metode yang paling tepat dan efektif untuk mendidik anak, menurut penuturan Ir Kasiyanto, pengajar dari Kerajaan Dongeng Semarang, dengan mendongeng. Sebab, sebuah dongeng atau cerita bisa merangkum berbagai fungsi yaitu sebagai penyampai pesan dan nilai, penambah pengetahuan dan pengalaman batin, serta membantu proses identifikasi diri dan perbuatan anak.

Selain itu, dongeng juga mempunyai fungsi hiburan, mendidik emosi, imajinasi, dan kreativitas, serta menambah kemampuan berbahasa, dan kosa kata anak didik. ''Jadi, guru sebenarnya wajib bisa bercerita. Seorang guru yang tak bisa mendongeng ibarat tubuh tanpa kepala,'' tandasnya.

Dengan menguasai teknik mendongeng yang baik, berarti seorang guru berkesempatan menggali potensi kecerdasan anak, baik kecerdasan intelegensi, emosi sosial, maupun spiritual.

Lewat dongeng seorang guru bisa mengaduk-aduk rasa ingin tahu anak melalui berbagai jenis cerita, seperti cerita tentang hewan atau fabel dan tentang kemanusiaan serta benda-benda di sekitarnya. Lewat dongeng, guru juga bisa menyihir anak untuk selalu ingat berbagai nilai dan pengetahuan yang diselipkan dalam sebuah cerita.

Namun, dongeng hanya bisa membekas dalam pikiran anak jika dibawakan dengan teknik yang baik. ''Guru harus memahami teknik dan unsur cerita seperti narasi, dialog, ekspresi, visualisasi, musik, dan cerita,'' jelasnya.

Jika sejak duduk di TK/RA/BA, anak-anak sudah disuguhi pendidikan yang dibalut teknik mendongeng yang baik, sejak dini potensi anak bisa digali. Adapun penggalian potensi anak sejak dini adalah modal yang bagus untuk mengarahkan hidup anak sesuai dengan bakat dan kecerdasannya.

Deteksi Sejak Dini

Dra Retno Anggraeni MSi, pembicara yang lain mengungkapkan pentingnya pendeteksian potensi anak sejak dini. Di hadapan kurang lebih 350 guru yang mengikuti seminar, staf pengajar Unnes Semarang itu mengusulkan orang tua dan guru dapat bekerja sama dengan baik dalam mengembangkan kemampuan anak. ''Orang tua dan guru perlu menguasai cara untuk melakukan deteksi dini secara praktis. Hasil deteksi dini inilah yang nanti dapat mengarahkan perkembangan anak secara wajar sesuai dengan kebutuhan anak,'' tegasnya.

Karena itu, beberapa pertanyaan mendasar harus menjadi renungan bagi para orang tua dan guru. Antara lain tentang definisi kecerdasan, apakah kecerdasan berarti menjadi anak yang penurut dan mendapat nilai bagus atau untuk meperjuangkan kebenaran? Lalu untuk siapa kecerdasan anak, apakah untuk kemandirian hidup si anak atau kepuasan orang tua?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut, kata Retno, harus direnungkan dan dirumuskan lebih dulu oleh para orang tua dan guru sebelum melakukan proses pengajaran dan pendeteksian potensi anak.

Sebab, pendeteksian potensi anak diharapkan dapat menghasilkan analisis yang lengkap dari berbagai aspek, baik kecerdasan otak, emosi, sosial, maupun religius. Maka, definisi tentang kecerdasan dan tujuan hidup anak harus dapat mencakup berbagai aspek tersebut.

Pentingnya berbagai teknik pengajaran termasuk dongeng, diakui memang dapat memberikan pengaruh positif bagi anak.

Wakil Bupati Pekalongan yang juga praktisi pendidikan, Dra Hj Siti Qomariyah, mengharapkan setelah mengikuti seminar para guru dapat menyelipkan pesan kepada anak-anak sejak dini agar selalu bisa membina kerukunan antarumat beragama. (Muhammad Burhan-74s)

Sumber : http://www.suaramerdeka.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kak Imung

Kak Poetri (Poetri Suhendro)

Kak Wuntat Wawan Sembodo