Niken Wulandari

Bebaskan Posisi, Santai dan Dengarkan Dongeng

Anak-anak usia TK dan SD di Surabaya, ternyata banyak yang mengalami
stres karena pelajaran di sekolahnya. Ini adalah hasil observasi
mahasiswa Fakultas Psikologi Unair. Dan, dari hasil observasi itu, cara
untuk mengatasi stres ini bisa dilakukan dengan meditasi. Seperti apa?

Di sebuah ruangan salah satu SD di kawasan Pucang, tidak seperi
biasanya, puluhan siswa diam seribu bahasa. Sebagian terlentang di
lantai. Ada yang kepalanya disandarkan pada temannya, atau gurunya.
Sebagian lagi duduk bersila seperti sedang bersemedi. Semua mata siswa
itu terpejam. Sayup-sayup terdengar musik intrumen klasik mengalun
pelan.

Di tengah-tengah mereka, terlihat seorang gadis dewasa berjilbab dan
bertubuh sedikit gemuk, membacakan dongeng tentang Petualangan Terbang
Ke Kerajaan Langit. Sesekali terdengar perintah dari perempuan
pendongeng kepada anak-anak. "Biarkan tubuhmu santai?rileks?pejamkan
mata. Hirup udara pelan-pelan, tahan?, satu?, dua?,tiga?, empat?.,
hembuskan?," teriak pendongeng itu. Kemudian dia meneruskan dongengnya
sampai 30 menit lamanya.

Sedang apa sebenarnya anak-anak ini? Yang jelas, mereka tidak sedang
dininabobokkan dengan dongeng pengantar tidur. Tetapi, anak-anak ini
sedang melakukan meditasi. Mereka dipandu oleh mahasiswi-mahasiswi dari
Fakultas Psikilogi Unair. "Ini namanya meditasi dengan story telling,"
ujar Niken Wulandari, perempuan yang jadi pendongeng itu.

Mengapa anak-anak ini harus bermeditasi? Ternyata jawabannya cukup
mengejutkan. Anak-anak ini mengalami stres, akibat tekanan-tekanan dalam
proses pembelajaran di sekolahnya.

Sebenarnya, apa yang dilakukan Niken pada anak-anak SD itu merupakan
kelanjutan dari Karya Tulis yang disusunnya bersama dua temannya Ani
Christina dan Lupi Ariyanti. Dalam Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM)
Nasional beberapa waktu lalu, mereka dinobatkan sebagai pemenang ketiga.

Karya tulis mereka berjudul Teknik Meditasi-Relaksasi Dengan Story
Telling Untuk Menumbuhkan Kemampuan Coping Terhadap Stres Pada Anak Pra
Sekolah.

Sebelumnya tiga gadis ini melakukan observasi di beberapa taman
kanak-kanak (TK) di Surabaya. Mereka mewawancarai guru, orang tua dan
siswa.

Hasilnya, bisa disimpulkan, anak-anak ini sebagian besar mengalami
stres. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari mogok sekolah, pusing,
bosan, malas mengerjakan PR, dan segala sesuatu yang berwujud penolakan.
"Tekanan yang dirasakan sang anak cukup tinggi setiap harinya," ujar
Lupi Ariyanti, mahasiswi angkatan 2000 ini.

Apa yang menyebabkan mereka stres? Anak-anak merasa tertekan dengan
pelajaran dan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Dalam Garis-Garis
Besar Pedoman Kegiatan Belajar (GBPKB) TK, sebenarnya anak hanya
dikenalkan pada bilangan. Tetapi, di TK saat ini, anak sudah diharuskan
menyelesaikan soal-soal matematika.

Dalam pengenalan huruf, anak sudah diharusan menulis kalimat, bahkan
dengan huruf halus. Belum lagi, matematika dan menulis halus itu juga
menjadi PR mereka. Di sekolah dan di rumah mereka ketemu dengan materi
yang di luar kemampuannya itu. "Selama ini memang sudah umum di TK-TK,
tapi sebenarnya tanpa diketahui masyarakat, jiwa anak mereka terancam,"
kata Ani Christina.

Saat dipresentasikan, lanjutnya, dewan juri dari Dirjen Dikdasmen kaget
bukan main. "Mereka kaget melihat contoh pekerjaan anak-anak TK yang
kami bawa. Katanya, perlu revisi kurikulum secara total," ujar Lupi,
menceritakan saat mereka presentasi LKTM di UNS (Universitas Negeri
Surakarta).

Lewat meditasi inilah diharapkan anak-anak bisa mengurangi stres pada
dirinya. Meditasi, selama ini sering dimaknai kegiatan supranatural atau
religius. "Padahal intinya, meditasi adalah usaha untuk memfokuskan
pikiran pada satu obyek," timpal Ani, gadis Malang, kelahiran 30 Mei
1982 ini.

Jadi, sambung Ani, meditasi tidak hanya milik orang dewasa. Tetapi bisa
dilakukan pada anak. Seperti yang dilakukan Niken pada sebuah SD,
meditasi dilakukan dengan cara menyuruh anak mencari posisi yang paling
nyaman. Bisa duduk, tengkurap, atau terlentang. Selanjutnya, mata
terpejam dan konsentasi mendegarkan dongeng.

Setelah enam kali meditasi dalam dua minggu, Niken melihat ada perubahan
pada diri anak-anak itu. Sebelumnya, mereka mengaku sering
berdebar-debar saat akan sekolah, pusing, takut, bosan dan sebagainya.
"Setelah meditasi, keluhan-keluhan itu banyak berkurang," katannya.
"Sehingga, agresivitasnya juga menurun, dan itu positif buat peningkatan
prestasi belajarnya," papar gadis kelahiran 4 Februari 1982 ini.(tomy c.
gutomo)


Sumber : Jawa Pos, Jumat, 24 Okt 2003

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kak Imung

Kak Poetri (Poetri Suhendro)

Kak Wuntat Wawan Sembodo